Modul Materi Lakmud IPNU IPPNU 2019
Materi Lakmud IPNU IPPNU PDF
Mahasiswa Unusa - Seperti yang pernah kami jelaskan sebelumnya, bahwa di universitas nahdlatul ulama surabaya (UNUSA) terdapat 2 organisasi eksternal, yakni pmii (pergerakan mahasiswa islam Indonesia) dan yang kedua adalah IPNU IPPNU, kedua organisasi tersebut merupakan banom dari organisasi kemasyarakatan nahdlatul ulama, lantas apa yang akan bagikan di postingan kali ini, di artikel kali ini, kami akan mengupdate mengenai modul materi lakmud yang diadakan oleh ipnu ippnu unusa surabaya tahun 2019, baik dalam bentuk tulisan maupun PDF.
Kaderisasi IPNU IPPNU
Seperti halnya dengan pmii, ipnu ippnu juga mempunyai sistem kaderisasinya sendiri, ada formal dan non formal, lakmud (latihan kader muda) merupakan kaderisasi formal jenjang kedua setelah makesta, berdasarkan sepengetahuan kami, ipnu ippnu dalam kaderisasi formalnya terbagi menjadi 4 jenjang, sebagaimana berikut ini :
- Makesta (masa kesetian anggota).
- Lakmud (latihan kader muda).
- Lakut (latihan kader utama).
- Latpel (latihan pelatih).
Jika dibandingkan dengan pmii, kaderisasi di pmii hanya 3 jenjang saja dan itu pernah kami tulis di postingan sebelumnya, jika berminat, sobat bisa membacanya dibawah ini.
Baca Juga : Sistem Kaderisasi Di PMII
Setiap jenjang kaderisasi di ipnu ippnu tentunya mempunyai modul materinya masing masing, lantas apa saja materi yang disajikan dalam kaderisasi lakmud ?.
Apa Saja Materi Lakmud ?
Berdasarkan yang modul yang akan kami bagikan dibawah ini, terdapat 4 materi dalam kaderasi lakmud ipnu ippnu unsua surabaya tahun 2019, berikut ini adalah materinya.
- MATERI I
- ASWAJA, KE-NU-AN, Tradisi Amaliyah NU
- MATERI II
- Kepemimpinan, Ke-Indonesiaan, Networking Dan Lobbyhing
- MATERI III
- Ke-IPNU dan IPPNU-an
- MATERI IV
- Teknik Diskusi Rapat, Dan Persidangan, Teknik Pembuatan Proposal
- MATERI V
- Manajemen Konflik, Manajemen Organisasi, Komunikasi Dan Kerjasama
- MATERI VI
- Study Kasus (Scientific Problem Solving, Studi Pendidikan, Analisis Gender)
Nah di atas, adalah materi yang sobat cari cari, mengenai tulisan dari modulnya sendiri ada dibawah ini, silahkan dibaca dengan seksama ya, agar dikemudian hari bisa bermanfaat bagi kita semua, khususnya masyarakat sekitar lingkungan sobat.
Modul Materi Lakmud 2019
MATERI ASWAJA
a. Sejarah dan perkembangan Ahlu Sunnah Wal Jama‘ah di Indonesia
Secara semantik arti Ahlussunnah wal Jama’ah adalah sebagai berikut. Ahl berarti pemeluk, jika dikaitkan dengan aliran atau madzhab maka artinya adalah penganut aliran atau penganut madzhab. Kata Al-Sunnah mempunyai arti ‘jalan’ atau karakter. Disamping memiliki arti al- Hadits. Disambungkan dengan kata Ahl keduannya bermakna pengikut jalan Nabi, para Sahabat dan Tabi’in. Sedangkan kata Al-Jamaah diartikan sebagai perkumpulan. Bila dimaknai secara kebahasaan Ahlusssunnah Wal Jamaah berarti segolongan orang-orang (komunitas) yang selalu mengikuti jalan Nabi Muhammad SAW, para Sahabat dan Tabi’in.
Menurut KH. M. Hasyim Asy’ari, Ahlusssunnah Wal Jamaah adalah golongan yang berpegang teguh kepada sunnah Nabi, para sahabat, dan mengikuti warisan para wali dan ulama. Secara spesifik, Ahlusssunnah Wal Jamaah yang berkembang di Jawa adalah mereka yang dalam fikih mengikuti Imam Syafi’i, dalam akidah mengikuti Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari, dan dalam tasawuf mengikuti Imam al-Ghazali dan Imam Abu al-Hasan al-Syadzili. Menurut Muhammad Khalifah al-Tamimy, Ahlusssunnah Wal Jamaahadalah para sahabat, tabiin, tabiit tabi’in dan siapa saja yang berjalan menurut pendirian imam-imam yang memberi petunjuk dan orang-orang yang mengikutinya dari seluruh umat semuanya.
Istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (Aswaja) sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Hal ini berpijak pada sabda Nabi:
“Sesungguhnya kaum bani Israil telah terpecah menjadi 72 golongan, dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya akan masuk neraka, kecuali satu golongan. Lalu Sahabat bertanya, “Siapakah mereka itu ya Rasullah?”, Nabi SAW menjawab (golongan itu adalah orang-orang yang berpegangan pada semua kegiatan yang telah aku lakukan, serta semua perbuatan yang dikerjakan oleh sahabat-sahabatku.” (Sunan At-Tirmidzi: 2565)
Pada perkembangan selanjutnya, satu golongan tersebut populer dengan term Aswaja (sunni). Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja) lahir dari pergulatan intens antara doktrin dengan sejarah. Di wilayah doktrin, debat meliputi soal kalam mengenai status Al-Qur’an apakah ia makhluk atau bukan, kemudian debat antara Sifat-Sifat Allah antara ulama Salafiyyun dengan golongan Mu’tazilah, dan seterusnya. Di wilayah sejarah, proses pembentukan Aswaja terentang hingga zaman al-khulafa’ ar-rasyidin, yakni dimulai sejak terjadi Perang Shiffin yang melibatkan Khalifah Ali bin Abi Thalib RA dengan Muawiyah kemudian melahirkan Tahkim (arbitrase) yang dimenangkan oleh pihak Muawiyah.
Berawal dari sini, muncul kelompok Islam baru yang menolak adanya tahkim dikenal dengan Khawarij . Dari sini, golongan Islam sudah pecah menjadi tiga, yaitu Syiah (kelompok pendukung Ali, dari awal, tahkim, hingga akhir hayat Ali), Khawarij (pendukung Ali yang kemudian keluar pasca-peristiwa tahkim. Khawarij adalah golongan yang tidak membela Ali maupun Muawiyah karena berpendapat bahwa keduanya tidak menggunakan hukum Allah atau Al Quran), dan pendukung Muawiyah. (terjadi sekitar tahun 40H).
Selanjutnya, untuk menguatkan kekuasaan, Muawiyah dengan dalil agama membuat aliran atau golongan Islam bernama Jabariyah yang mengajarkan bahwa setiap tindakan manusia adalah kehendak Allah. Sehingga, apa yang kita lakukan sudah menjadi takdir Allah. Dengan dalil dalam Al Quran yang digunakan Jabariyah adalah “Wamaa ramaita idzromaita walaaa kinnalllaaha ramaa”. Yang pada perkembangannya aliran ini justru menimbulkan kekacauan masyarakat di sana sini.
Respons atas kemelut ini, cucu Ali Bin Abi Thalib yang bernama Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib membuat aliran baru yang kemudian dikenal dengan Qodariyah. Aliran Qodariyah muncul sebagai doktrin untuk melawan dan melakukan kritik terhadap aliran Jabariyah yang kian meresahkan umat.
Aliran Qodariyah mengajarkan kepada umat Muslim bahwa manusia memiliki kehendak dan bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. Dalam hal ini, Allah tidak memiliki ikut campur dalam setiap kehendak manusia. Dalil yang populer untuk melegitimasi aliran ini adalah QS Ar-Ra’d ayat 11 yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” paham ini kemudian mengalami metamorfosa menjadi aliran Mu’tazilah yang serba menggunakan logika dalam setiap ijtihadnya.
Pada perkembangan selanjutnya ajaran Mu’tazilah dijadikan sebagai aliran resmi negara oleh keturunan Abu al-Abbas al -Saffah (Khalifah pertama dinasti Abbasiyah) di mana setiap warga wajib menggunakan doktrin Mu’tazilah sebagai aliran pemikiran (manhajul fikr) umatnya. Warga yang tidak menggunakan aliran mu’tazilah maka dibunuh.
Di antara kelompok-kelompok itu, adalah sebuah komunitas yang dipelopori oleh Imam Abu Sa’id Hasan ibn Hasan Yasar al-Bashri (21-110 H/639-728 M), lebih dikenal dengan nama Imam Hasan al-Bashri, yang cenderung mengembangkan aktivitas keagamaan yang bersifat kultural (tsaqafiyah), ilmiah dan berusaha mencari jalan kebenaran secara jernih. Komunitas ini menghindari pertikaian politik antara berbagai faksi politik (firqah) yang berkembang ketika itu. Sebaliknya mereka mengembangkan sistem keberagamaan dan pemikiran yang sejuk, moderat dan tidak ekstrim. Dengan sistem keberagamaan semacam itu, mereka tidak mudah untuk mengkafirkan golongan atau kelompok lain yang terlibat dalam pertikaian politik ketika itu.
Seirama waktu, sikap dan pandangan tersebut diteruskan ke generasi-generasi Ulama setelah beliau, di antaranya Imam Abu Hanifah Al-Nu’man (w. 150 H), Imam Malik Ibnu Anas (w. 179 H), Imam Syafi’i (w. 204 H), Ibn Kullab (w. 204 H), Ahmad Ibn Hanbal (w. 241 H), hingg tiba pada generasi Abu Hasan Al -Asy’ari (w 324 H) dan Abu Mansur al -Maturidi (w. 333 H). Kepada dua ulama terakhir inilah permulaan faham Aswaja sering dinisbatkan; meskipun bila ditelusuri secara teliti benih-benihnya telah tumbuh sejak dua abad sebelumnya.
Sementara itu hadirnya para penyebar agama Islam di Nusantara seperti Walisongo memberikan warna bagi tumbuh suburnya aliran Aswaja di Indonesia. Walisongo menyebarkan Islam dengan cara damai, akomodatif, moderat, toleran dan berpegang pada mengambil maslahat dan menolak kemudaratan sebagai konsep yang dibawa oleh para ulama pendahulu yang mengusung Aswaja.
Indonesia merupakan salah satu penduduk dengan jumlah penganut faham Ahlussunnah wal Jama’ah terbesar di dunia. Mayoritas pemeluk Islam di kepulauan ini adalah penganut madzhab Syafi’i, dan sebagian terbesarnya tergabung – baik tergabung secara sadar maupun tidak – dalam jam’iyyah Nahdlatul ‘Ulama, yang sejak awal berdiri menegaskan sebagai pengamal Islam ala Ahlussunnah wal-Jama’ah.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Di karenakan tertalu banyak tulisan yang kami upload, maka sangat dikhawtirkan bila terjadi penempatan tulisan yang salah, yang bisa menyebabkan sakit kepala dan sobat jenuh dengan tulisan yang sangat banyak ini, oleh karena itu, kami menyarankan sobat untuk mengunduhnya langsung situs profil academia edu mahasiswa unusa di bawah ini.
Silahkan cari modul lakmud pdf yang ingin sobat unduh.
Selain itu, sobat juga mengunduh berbagai macam file file seperti makalah maupun jurnal dalam bentuk pdf yang sudah pernah kami upload di situs tersebut.
Mungkin itulah yang bisa dapat kami sampaikan kepada sobat, jika ada pertanyaan atau hal yang kurang di mengerti terkait artikel contoh modul materi lakmu sebagai kaderisasi ipnu ippnu unusa tahun 2019, kami berharap sobat berkenan untuk berkomentar dibawah ini, sekian dan terima kasih, semoga bermanfaat bagi kita semua, salam.
0 Response to "Modul Materi Lakmud IPNU IPPNU 2019"
Posting Komentar